Pages

27 Desember 2013

MENJENGUK KENANGAN, MENJEMPUT MASA DEPAN


                Sebentar lagi tahun 2013 akan tutup buku, disambut tahun 2014 yang masih penuh teka-teki. Akankah  tahun 2014 sama dengan tahun sebelumnya? ataukah lebih baik lagi?
                Aku jadi ingat, dulu, setiap malam tahun baru aku ingin sekali melewati detik-detik pergantian tahun, dengan melihat kerlip kembang api. Tapi, sampai sekarang keinginan itu hanyalah sebuah mimpi. Sampai detik ini aku belum bisa mewujudkan mimpi itu. Bahkan, melihat kembang api dalam mimpi pun, aku tak pernah.
                Hari ini, tepat satu tahun aku menjalani kehidupan tanpa status. Pelajar bukan, pegawai juga bukan. Ya, setahun yang lalu aku resmi menyadang gelar sarjana. Ada rasa bangga, bahagia, sekaligus kecewa kala gelar itu disematkan di belakang namaku. Aku bangga dan bahagia, tentu saja karena setelah 4 tahun lebih aku berjuang di bangku kuliah, akhirnya gelar itu berhasil ku dapatkan. Tapi, aku juga kecewa dan miris, karena sampai sekarang aku belum bekerja layaknya seorang sarjana.
                “Percuma, jauh-jauh kuliah kok nganggur.”
                Sebenarnya aku tak mau mendengar kata-kata itu. Tapi kata-kata itu terus dimuntahkan ke mukaku. Aku berusaha untuk menutup telinga rapat-rapat. Tapi, desau angin seolah ikut berbisik padaku.
                Aku bukan pengangguran. Aku bekerja kok. Meski hanya mengajari anak-anak kecil membaca dan menulis. Ya. Aku membuka usaha bimbel di rumah.Kunamai bimbel kecilku dengan “RUMAH ILMU”. Berharap rumahku menjadi berkah karena banyak ilmu. Tak seperti bimbel kebanyakan, yang sasarannya kaum menengah ke atas. Bimbel ku murah meriah. Cukup dengan seribu rupiah per pertemuan, anak-anak bisa belajar membaca, menulis, bahkan PR mereka pun dijamin selesai. Aku juga bekerja sebagai freelance editor komik di sebuah penerbit besar di Yogyakarta. Yah, memang penghasilan ku tak seberapa. Ibarat kata, hanya cukup untuk beli pulsa. Tapi aku bersyukur, aku sudah bisa memenuhi kebutuhanku sendiri. Tak lagi meminta pada orang tua lagi. Namun, bagaimanapun juga hidup tanpa status itu sungguh tidak menyenangkan. Banyak yang meremehkan, banyak pula yang mengacuhkan.
                Bagiku, tahun 2013 adalah tahun yang penuh cobaan. Mulai dari masalah skripsi yang penuh rintangan, lalu masalah karir yang hingga kini tak juga kutemukan pekerjaan yang cocok, dan satu lagi, masalah jodoh.
                “Kapan nikah? Teman-temanmu udah pada nikah tuh.”
                Jlebbb!
                Rasanya pertanyaan itu selalu aku dengar sepanjang tahun 2013. Ah, aku bingung harus menjawab apa. Kenyataannya, aku memang belum siap menikah. Aku masih ingin fokus dengan karir dulu. Aku juga masih ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Aih, begitu banyak mimpi yang ingin ku rangkai. Andai mereka mau mengerti....
                Aku harap tahun 2014, akan menjadi tahun yang lebih baik bagiku, bagi keluargaku, dan bagi semua orang. Jika di tahun 2013, aku belum menemukan pekerjaan yang cocok, mudah-mudahan di tahun 2014 aku bisa mendapatkan pekerjaan yang cocok, yang jauh lebih baik dari pekerjaanku sekarang. Jika di tahun 2013, jodohku masih samar-samar. Mudah-mudahan di tahun 2014, Allah SWT memperjelas jodohku. Jika di tahun 2013, aku belum bisa merilis novel. Mudah-mudahan di tahun 2014 aku bisa merilis novel.
Dan, apapun cita-citaku di tahun 2013 yang belum bisa aku wujudkan, mudah-mudahan aku bisa mewujudkannya di tahun 2014. Oh ya, yang paling penting dari yang terpenting, aku selalu berharap mudah-mudahan kesehatan, kesejahteraan, keselamatan, rizki yang halal barokah, serta panjang umur senantiasa menaungi aku dan keluarga. Amiin...
                Mudah-mudahan tahun 2014 membawa kebaikan bagi kita semua. Khususnya untuk negeriku Indonesia, semoga tak ada lagi korupsi, kolusi dan nepotisme. Semoga kedamaian senantiasa bersama kami. Wish you all the best ^_^

19 November 2013

MELIRIK PESONA DANAU KACO JAMBI


         Sebulan yang lalu, saya mengikuti workshop kepenulisan di Yogyakarta. Di sana, saya bertemu banyak kawan baru, salah satunya seorang kawan  yang berasal dari Jambi. Kami banyak bertukar pengalaman dan bertukar cerita tentang kota kami.
            Kawanku sempat kaget saat aku cerita  kena macet waktu perjalanan menuju Jogja.
            “Ah macet? Aneh dengarnya. Di Jambi tak ada mecet sih,” selorohnya.
      “Benarkah? Hebat ya,” batinku. Padahal menurutku fenomena macet sudah biasa di Indonesia.
            Dari situ, dia mulai membuka cerita tentang Jambi. Tapi, yang paling menarik saat dia cerita tentang Danau Kaco. Sebuah danau yang pesonanya menakjubkan dan juga menyimpan misteri.
Danau Kaco terletak di Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Danau ini memiliki luas sekitar 30 x 30 meter, dan kedalaman yang masih menjadi misteri. Kenapa masih menjadi misteri? Karena menurut cerita temanku, belum pernah ada yang bisa mengukur dengan tepat kedalaman Danau Kaco ini. Yah, hampir sama dengan misteri jumlah pintu di Lawang Sewu, Semarang. Sampai saat ini pun belum ada yang berhasil menghitung dengan tepat jumlah pintu-pintu di Lawang Sewu. Namun, meski memiliki kedalaman air yang tidak terukur, namun dasar Danau Kaco bisa terlihat secara jelas. Ini karena warna air yang bening dan jernih serta tempat ribuan ikan semah berkembang biak.     
Konon ceritanya, ikan-ikan  yang ada di dalam Danau Kaco hanya bisa ditangkap dengan menggunakan pancing. Jika menggunakan peralatan lain, dijamin tidak akan berhasil. Menariknya lagi, pemancing yang ingin memancing di Danau Kaco, harus memiliki niat yang baik. Jika tidak, maka orang itu tidak akan mendapat ikan. Selain itu, jumlah tangkapan juga tergantung pada niat pemancing. Jika dari rumah niatnya dapat ikan lima ekor, maka dia hanya dapat lima ekor ikan semah. Jikalau lebih dari lima, itu bukan ikan semah tapi ikan lele.
         Selain menyimpan misteri, keunikan lain dari Danau Kaco adalah danau ini mengeluarkan cahaya saat malam hari. Menurut kepercayaan warga setempat, cahaya yang dikeluarkan dari dasar Danau Kaco merupakan cahaya intan yang tersimpan di dasar air. Intan tersebut dulunya disimpan oleh Raja Gagak (raja yang berkuasa saat itu) sebagai titipan dan ikatan janji pangeran-pangeran yang ingin melamar putri Raja Gagak yang bernama Putri Napal Melintang.
Putri Napal Melintang dikenal memiliki wajah yang sangat cantik sehingga ia disukai oleh pemuda yang ada pada zaman itu. Bahkan, karena kecantikannya ia juga dicintai oleh ayahnya sendiri.      Raja Gagak membawa lari putrinya beserta perhiasan emas dan intan yang dititipkan oleh para pangeran sebagai tanda janji, dan menyimpan emas dan intan tersebut di dasar danau.
Setelah mendengar cerita kawan saya, saya tertarik dan langsung browsing di Internet. Ternyata, pemandangan di danau ini benar-benar wow. Airnya jernih dan biru mirip dengan view di Danau Yucatan, di utara Meksiko.
Danau Kaco, Jambi

Danau Yucatan, Meksiko

Suatu saat nanti jika kalian pergi ke Jambi jangan lupa untuk mampir ke Danau Kaco. Namun, anda harus sedikit bersabar karena untuk bisa sampai Danau Kaco anda harus berjalan kaki hingga 5 jam lamanya. Tapi tak apa, pemandangan sepanjang perjalanan akan sangat menghibur anda, panorama alam yang masih bersih akan menemani perjalanan anda. Selamat berlibur!

[Foto dan sebagian isi dikutip dari berbagai sumber]

"Postingan ini di ikut sertakan kedalam Lomba Blog www.pipetmagz.com"

26 Oktober 2013

NIGHT STORY


“Ah, malam minggu.”

Aku baru sadar kalau malam ini adalah malam minggu. Aku bahkan tak bisa membedakan antara malam minggu dengan malam-malam yang lain. Rasanya sama saja. Terasa hambar dan memuakkan.

Aku juga sudah lupa bagaimana malam minggu itu terasa manis buatku. Uhm, apakah seminggu lalu? sebulan lalu? atau setahun lalu. Aih, aku benar-benar tak ingat apapun. Tentang malam mingguku, tentang kau dan tentang kita.

Sama seperti perasaanku padamu. Aku sudah lupa, apakah rasaku saat ini manis? Pahit? atau hambar?

Jika hatiku adalah lidah, mungkin saat ini aku sudah tidak bisa mencecap rasa. Aku mati rasa. Semuanya terjadi begitu saja. Aku tak tahu siapa yang mulai. 

Apa kau juga merasa begitu? Oh, tidak. Aku harap Cuma aku yang begitu. Rasa ini adalah rasa hambar sesaat yang dikarenakan memang lidahku sedang tak berselera. Atau rasa hambar ini terjadi karena sariawan yang begitu menyakitkan di lidah. 

Aku harap rasa ini tidak berlangsung lama. Karena aku ingin sekali merasakan manisnya rasa yang pernah ada.

15 Oktober 2013

Bangga itu ....


ketika kita bisa jadi diri kita sendiri, tanpa dibayang-bayangi oleh pangkat, kekuasaan atau status orang lain.

Bangga itu ...
saat kita bisa hidup mandiri tanpa terlalu banyak menyusahkan orang lain, terutama orang tua kita.

Bangga itu ...
ketika kita bisa mewujudkan semua mimpi-mimpi kita, dan berkata ...
"Aku siap menghadapi dunia"







Oleh-oleh #KampusFiksi4 - Part 4

Special Photo -merchandise #KampusFiksi

Buku Gratis from DIVAPress

Icip-icip makanan khas Indonesia ala #KF4


Oleh-oleh #KampusFiksi4 - Part 3

Untuk kesekian kalinya aku harus berterima kasih pada Reyhan Abdurrohman, yang telah mengijinkan tulisannya aku copy paste di blog ku ini. Semoga saling memberi manfaat ^_^

Hubungan Penulis, Penerbit dan Toko Buku | Oleh-oleh #KF4

“Faktor apa, sih, yang membuat buku itu best seller?”
“Tema yang keren.”
“Penulisnya sudah punya nama.”
Jawaban itu tidak salah. Tema yang keren dan yang paling dicari memang juga menentukan buku itu laris. Tapi untuk mengetahui tema buku tersebut kan harus baca dulu, baru deh menyimpulkan cerita keren. Nggak mungkin pas di toko buku, bukumu dibaca-baca dulu, kan, sebelum akhirnya dibeli.
Penulis yang sudah punya nama. Ini iya sih, tapi tidak cuma faktor ini aja. Karena buku bagus tidak selalu berbanding lurus dengan laris. Tapi semuanya pun menginginkan buku yang bagus, dan laris. Iya, kan.
Penerbit di sini menjadi penghubung, atau jembatan bagi penulis menuju pembacanya, lewat toko buku. Persaingan di Toko Buku itu keras, Broh. Bayangin aja berapa ratus judul buku yang ngantri pengen mejeng di toko buku tiap bulannya?
Bisa jadi bukumu Cuma tiga bulan mejeng di rak, setelah itu raib. Bukan karena ludes, tapi buru-buru diretur karena nggak laku. Pasar yang akan menyeleksi, Broh.
Penerbit di sini sangat berjasa, bagi buku penulis. Mulai dari mengedit naskah untuk menjadikannya naskah yang keren, kemudian layout buku yang keren dan desain cover yang keren. Cover itu bagaikan kesan pertama. Kalau kesan pertama udah nggak mengundang perhatian ya siap-siap buku itu diretur. Kesemuanya itu adalah tugas penerbit, yang juga ikut menentukan bagus tidaknya buku tersebut.
Selanjutnya yang juga menentukan bahkan presentasenya lumayan adalah marketing. Divisi marketing juga bagian dari penerbit kan?
Marketing yang bagus, juga menentukan penjualan buku tersebut. Penerbit juga mengatur kapan buku terbit pada waktu yang tepat. Nggak mungkin penerbit nerbitin buku Soal Tes CPNS saat lagi musim bola, kan, begitu sebaliknya.
Jaga hubungan baik dengan penerbit. Jaga atitude. Jangan sampai di blacklist satu penerbit, atau toko buku. Itu akan membunuh karirmu.

Oleh-oleh #KampusFiksi4 - Part 2

Karena kesibukan yang bejibun belakangan ini, akhirnya aku baru bisa menyempatkan menulis oleh-oleh dari Kota Gudeg tanggal 28-29 September 2013 lalu. Lagi-lagi ini juga hasil copas dari blog teman, hehe karena catatanku sudah raib entah kemana.

4+1 Cara Menjadi Seorang Penulis | Oleh-oleh #KF4


Semua bisa jadi penulis, kok. Meskipun kamu bukan dari lingkungan dan keturunan penulis. Semua bisa jadi penulis, kok. Asalkan kemauan itu diiringi dengan kerja keras. Gigih!
Itu yang selalu ditegaskan Pak Edi selaku CEO DivaPress. Dalam setiap sambutannya, kata itu selalu diucapkannya. Benar, beliau bercerita bahwa beliau bukanlah dari keluarga dan lingkungan penulis. Namun, beliau gigih menulis, belajar secara otodidak untuk menulis. Mengispirasi sekali. Super.
Di malam penutupan beliau memberikan empat wasiat secara langsung kepada kami, di sambutan terakhir beliau. Bagaimana, sih, untuk jadi penulis, apa yang harus dilakukan?

1. Menjadi penulis itu, adalah menulis itu sendiri.
Punya keinginan menulis saja tidak akan membuatmu menjadi seorang penulis. Punya segudang teori menulis saja tidak akan membuatmu menjadi penulis. Yang penting adalah menulis itu sendiri. Oke.

2. Jangan pernah menyerah menulis, sampai kapan pun dan dalam kondisi apa pun.
Terus berlatih menulis, meski sudah punya belasan novel dan ribuan cerpen. Ingat! Writer block itu hanya alasan kemalasanmu saja. Tidak ada istilah seperti itu dalam menulis. Jika tidak mau tiba-tiba malas karena bingung lanjutan cerita yang ke mana-mana, pakai outline atau rangkaian, dong, biar cerita tetap terjaga.

3. Jangan malas membaca, mengamati, diskusi untuk memperluas cakrawala.
Mau jadi penulis kok nggak mau baca. Ibarat bak mandi, jika airnya diambil terus tanpa diisi pasti akan habis. Begitupun isi kepala, atau ide kita. Membaca akan memperluas cakrawala dan pengetahuan kita yang akan memperkuat tulisan kita.

4. Jaga attitude kalian sesejuk-sejuknya, baik dalam ranah profesional atau pun bukan, dengan siapa pun kalian berhubungan. Ingat selalu, “Menang jadi arang, kalah jadi abu.”
Penulis wajib jaga attitude ya.... Nggak boleh sombong, congak de-el-el.
Ingat hubungan antara penulis, penerbit, dan toko buku. Ketiganya saling berhubungan. Penerbit yang didalamnya ada editor, layouter, designer, pencetak, marketing adalah jembatan penulis  menuju ke pembaca (toko buku).
Selain ke empat itu yang disampaikan secara langsung, ternyata ada satu tambahan yang pada akhirnya diposting di blog pribadi beliau.

5. Jika kelak kalian menjadi orang yang kuat, diberi kelebihan oleh Tuhan, gunakanlah kekuatan kalian untuk memberikan kemanfaatan sebanyak-banyaknya pada orang lain.
Jangan pelit-pelit ilmu, ya. Orang yang baik adalah orang yang mau berbagi, orang yang memberikan manfaat pada orang lain.
Aku benci malam itu, apalagi setelah di-play foto-foto selama pelatihan berlangsung di sesi terakhir penutupan malam itu. Satu persatu anggota keluarga itu pulang ke rumah masing-masing. *nangiskayaResty
Eh ada yang selalu nangis dikala dimintai pamit lho. Kasihan banget, air matanya sampai seember lho ya. (Ini lebay)

sumber  http://roeman-art.blogspot.com/2013/10/41-cara-menjadi-seorang-penulis.html

Oleh-oleh #KampusFiksi4 - Part 1

Ini nih yang paling berkesan kalo ikutan #KampusFiksi, karena kita tak hanya dapat teman baru tapi ilmu baru yang belum tentu kita dapatkan di bangku sekolah. Cekidot...
(Sebenarnya ini copas dari blog teman, karena saya waktu itu cuma nyatet dikit, hehehe)

Tips-Tips Jadi Penulis Hebat

Latihan terus
 Latihan itu penting untuk menambah jam terbang seorang penulis. Meskipun dia sudah menerbitkan puluhan novel dan ratusan cerpen.

Bikin Outline
Kalau ini sih suka-suka penulisnya sendiri sih. Ada yang suka nulis ngalir aja kaya air, kaya Mbak Herlinatiens. Masak nulis novel bisa empat hari lima malam, tanpa outline (seingatku, maaf kalau salah). Wow banget kan? Tapi kita bukan beliau, beliau juga bukan kita. Kita berbeda.
Daripada ntar ngeluh, “Aduh writer block, nih.” *nangis guling-guling.
“Haduh, butuh ke Gue Hiro nih, mau cari ide.” (Edisi lebay)
Apa-apaan ini. Itu istilah yang dibuat sendiri oleh penulis, padahal itu nama lain dari malas. Penulis yang malas atau mungkin mandek gara-gara nggak tahu ceritanya mau dibawa ke mana lagi. Jangan banyak alasan, ah. Makanya bikin deh outline. Yang rinci ya.
Misalnya gini, tulis karakter tokoh dulu selengkap-lengkapnya. Karakter dari yang detail gitu. Bikin karakter unik yang bisa selalu diingat pembaca. Jangan bikin karakter yang biasa-biasa aja. Kamu bisa lho menggabungkan beberapa karakter orang di sekitar kamu.

Pertahankan Passion (Emosi kamu dengan naskah tersebut)
Makanya jangan sampai ninggalin naskah kalian terlalu lama. Pacar aja nggak suka ditinggal-tinggal apalagi naskah, ntar ngambek lho. *peace.
Kalau naskah itu ditinggal terlalu lama, bisa jadi, bisa jadi, ikatan emosi yang sudah terbangun dengan naskah itu akan hilang. Jadi feel-nya nggak dapet deh. Cerita yang feel-nya nggak dapet tuh nggak bagus, beneran deh, negbosenin gitu.

Amankan tulisan
Bukan tulisanmu terus digembok dan ditaruh di dalam berangkas lho, ya, biar nggak dicuri maling, atau babi ngepet. Hadehh...
Begini maksudnya, jika ada ide melintas di saat kamu lagi ngerjain cerita yang udah runtut dengan outline, jangan rusak outlinemu. Catat  idemu. Catat saja, suatu saat perlu kok. Ide itu ilham, tapi juga perusak jika datang di waktu yang tidak tepat.

Mengeksplorasi konflik berbanding lurus dengan panjangnya cerita
Panjang pendeknya cerita jangan dipengaruhi dengan dialog, puisi atau sisipan lagu ya. Bukannya nggak boleh, tapi harus ada porsinya, ya.
Mending di eksplor lagi konfliknya. Jangan bikin konflik yang klise. Misalnya telan ke sekolah, de-el-el. Eksplor sedetail-detailnya konflik kalian, itu akan jadi cerita yang WOW.

Peristiwa kebetulan itu mengganggu dalam estetika cerita
Tiba-tiba dua orang itu bertemu dalam pesta.
Mereka bertabrakan di koridor sekolah dan jatuh cinta.
Tiba-tiba...
Nggak logis banget, sih. Di fiksi logika cerita itu sangat penting, meski di kehidupan nyata peristiwa nggak logis dan kebetulan itu adalah hal biasa. Tapi ini fiksi, Broh.
Kasih penghubung, pengantar, serta alasan yang logis deh kalau maksain ada peristiwa seperti itu.

Pembuka yang menyentak
Pembuka tuh jadi penentu lho ya. Apalagi kalau di event lomba. Juri itu akan baca awalnya dulu, kalau sudah membosankan, langsung dibuang deh.
Dapet bocoran dari editornya. Kalau mereka evaluasi naskah tuh Cuma dibaca sinopsis doang. Kalau jelek, langsung buang. Kalau bagus, dibaca dua bab awal, dua bab tengah dan dua bab akhir dulu, kalau iya, berarti dievaluasi keseluruhan dulu.

Ending klise yang harus dipikirkan ulang (dihindari)
Ending mati. Ending mati biasanya sih kurang disukai pembaca. Apalagi kalau matinya tiba-tiba cuma biar cepet ending. Nggak haram juga sih pakai ending mati.
Ending Gila. Kaya ending mati, tadi.
Ending bahagia yang melampui premis cerita. Jangan lebay ya... misalnya tuh, Akhirnya Pram mendapatkan hadiah salah satu perusahaan TV swasta. Wkwkw. Lebay banget dan nggak logis. 
Ending Berpuisi. Ini ending yang nggak menyentak sama sekali, apalagi kalau puisi itu hanya untuk tambah-tambahan saja. 

Buatlah setting yang detail dan tidak dapat digantikan setting lain
Bingung langsung contoh saja deh.
Kerlap-kerlip lampu menyelimuti Efiel yang megah.
Kayaknya Efiel bisa diganti dengan Monas deh.
Kerlap-kerlip lampu menyelimuti Monas yang megah.
Tuh kan konflik Eifel jadi nggak kerasa paris banget.


6 Oktober 2013

About #KampusFiksi4 - Part 2

Minggu, 29 September 2013

Hari kedua acara #KampusFiksi, hari ketiga aku di Jogja sekaligus hari terakhir kebersamaanku dengan teman-teman. 
Masih sama seperti kemarin, acara di #KampusFiksi saat itu adalah sosialisasi staff DIVAPRess. Dimulai dari Sekretaris Redaksi di DIVAPress yaitu Mbak Munal. Mbak Munal ternyata orang Kudus loh, seneng deh bisa ketemu kawan setanah air disana. 
Pada sesi ini dijelaskan tentang tugas-tugas kesekretariatan, dari mulai pembuatan surat-surat hingga menangani komplain dan pertanyaan dari para penelepon. Aku jadi semakin paham betapa susahnya menjadi seorang sekretaris, harus sabar, bijak dan ramah. Nggak peduli betapa kacaunya suasana hati, kita harus tetap bersikap profesional dong dengan para customer. Salut deh buat Mbak Munal.

Mbak Munal, Sekretaris Redaksi DIVAPRess

Ada Mas Aconk yang kocak abis di sesi marketing.
Ini nih, kita diajari bagaimana caranya berjualan. Tidak cuma bisa menulis, tapi kita perlu berjualan juga.
Menjalin hubungan yang baik dengan tim marketing dari penerbit dan pihak toko buku, bisa buat modal buku kita laris di pasaran lho... 
Mas Aconk, tim marketing DIVAPRess


Selanjutnya acara editorial. Nah ini nih, yang membuat para editor bersuka ria. Pasalnya pada sesi itu para peserta #KF4 diminta untuk mengedit naskah cerpen "amburadul" sebanyak 3 lembar. Huh, susah juga ya ternyata. Makanya, karena jadi editor itu susah kita harus berusaha untuk self editing sendiri sebelum mengirmkan naskah. Yah, disamping kita belajar untuk menemukan kesalahan diri sendiri, kita juga memperingan tugas para editor lho.
Kasih applause deh buat Mbak Ve, Mbak Rina, Mbak Ita, Mbak Ajjah, Mbak Ayyun dan para editor yang lain. 

Mbak Ve, Mbak Ayyun, Mas Sukur serius amat yak...
Ada pertemuan, ada juga perpisahan. 
Ya. Nggak terasa sudah malam, acara #KampusFiksi pun harus berakhir. Ada yang harus pulang malam ini, ada juga yang pulang esok hari. 

Thanks buat Pak Edi Akhiles dan keluarga besar DIVAPress yang telah memberikan wadah -bagi kami penulis pemula- untuk bisa belajar dan mencecap ilmu kepenulisan yang sangat bermanfaat ini.
Thanks juga buat teman-teman #KampusFiksi4 yang sudah mau menajdi teman sharing selama 2 hari yang singkat ini. Semoga buku-buku kita bisa mejeng di toko buku ya...
Sebuah pengalaman yang sangat berkesan bisa mengenal kalian ^_^


5 Oktober 2013

About #KampusFiksi4 - Part 1

Nggak terasa ternyata sudah seminggu yang lalu, aku melewati malam minggu bersama teman-teman baruku. Yap. Di #KampusFiksi4 aku serasa menemukan keluarga baru. Keluarga yang sama-sama memiliki cita-cita dan mimpi menjadi seorang penulis.

Aku bersyukur sekali bisa mengikuti acara #KampusFiksi. Aku sebut ini adalah kesempatan kedua yang Allah berikan padaku. Yah, setelah aku gagal -lebih tepatnya menggagalkan diri- ikut di #KampusFiksi3, akhirnya panitia masih memberikan aku kesempatan untuk ikut di  #KampusFiksi4. Dan, aku merasa orang yang paling beruntung saat itu, karena bisa turut serta dalam acara yang menurutku LUAR BIASA.

Jumat, 27 September 2013

Saat itu pertama kalinya aku datang ke Jogja, sendirian. Yah, berbekal pengalaman mbolang tiap bulan Desember -dalam rangka ikut Nouken- aku bersikap biasa saja. Sing penting ojo ketok ndeso, hihihi....
Setelah menunggu hapir satu jam, akhirnya tim penjemput dari DIVAPress datang juga. Ada Mas Syukur dan Mas Agus (thanks brother... mulai sekarang kalian aku anggap kakak deh).

Setelah muter-muter kota Jogja ikut jemput peserta yang lain, tibalah aku di singgasana #KampusFiksi. Berkenalan dengan orang-orang baru, tempat baru dan suasana baru juga. Hah, lelah pun terbayarkan.

Sabtu, 28 September 2013

Sesi penting pun dimulai hari ini. Diawali dengan acara pembukaan oleh Pak Bos Edi Akhiles, kemudian sharing-sharing. Intinya, sebuah pengalaman berharga kudapatkan hari ini.
Acara sharing bersama Pak Edi Akhiles
Malam minggunya, kami -peserta #KF4- diajak malmingan di rumah Pak Edi Akhiles. Acara seru-seruan dan sumpah heboh banget. Jadi ceritanya setiap kelompok diminta untuk menampilkan kreativitas masing-masing beserta yel-yelnya. Tapi, cuma kelompokku yang yel-yelnya garing banget. Hahaha... Maklumlah, buatnya aja asal, tengah malam ngantuk pula, yang penting berani tampil aja.

Sharing dengan para editor DIVAPRess di rumah Pak Edi

Goyang Cesar with keluarga besar DIVAPress

Dan, kebersamaan malam minggu ku saat itu harus berakhir tepat pukul 00.00 (kurang dikit sih tapi nggak apa-apa biar kayak Cinderella). Lagi-lagi ini adalah malam minggu yang sangat berkesan untukku.