Pages

31 Desember 2014

Sebuah Perpisahan

Tepat di penghujung tahun 2014. Beberapa jam lagi kita akan meninggalkan tahun 2014 dan menuju tahun baru 2015. Hmm... tak terasa ya waktu berjalan begitu cepat. Sebentar lagi Januari menyapa. Ada kekhawatiran dalam dada. Aku takut jika kisah sedih Januari lalu terulang lagi.

Tapi, ah... aku sudah menyerahkan semuanya pada kuasa Sang Pencipta. Selama ini aku telah berbaik hati dan memaafkan semua khilaf dan lupa. Mungkin kisah itu adalah bagian dari skenario Tuhan yang memang harus aku jalani. Semoga di tahun 2015 nanti, semuanya akan selalu baik dan lebih baik lagi.

Biar bagaimanapun, tahun 2014 mengajarkan aku banyak hal. Tentang kehilangan, kesabaran, dan pengorbanan. Di tahun 2014 aku belajar untuk menjadi wanita tangguh, tak pantang menyerah dan mengeluh. Terima kasih Tuhan, Engkau telah menunjukkan aku tentang banyak hal di tahun 2014.

Ada kesedihan yang mungkin akan tersisa dalam jiwa. Keputusan yang sulit akan kuambil hari ini. Dimana aku harus memilih untuk keluar dari pekerjaan yang telah menyokong kehidupanku, setidaknya selama 9 bulan ini. Pekerjaan ini telah membantu aku sejenak melupakan dia, yang dulu pernah menggoreskan luka di hati. Banyak ilmu baru yang aku pelajari dari pekerjaan ini. Tapi, demi kebaikan masa depan dan karirku aku tetap harus pergi dari sini.

Aku pergi bukan karena aku telah kembali dengan belahan jiwaku. Bukan karena aku telah kembali menemukan sandaran  hidupku. Bukan pula karena aku telah berbahagia dengan dia yang sekarang ada di sampingku. Tapi, memang sudah waktunya aku pergi dari sini. Membuka lembaran baru yang aku harap akan lebih baik lagi.

Rasa rindu, sudah pasti datang menghantui. Aku pasti akan merindukan perjalanan panjang yang cukup melelahkan. Aspal-aspal itu pernah menjadi bagian dari saksi bisu cerita sedihku. Aspal-aspal itu pernah menjadi kawan pelipur saat air mata ini tak lagi terbendung. Aku pasti akan merindukan pemandangan hijau sawah-sawah Sidorekso. Asap tebal kendaraan, bercampur  sisa pembakaran genteng dan bata. Jalanan berlubang yang hampir setiap hari menggelitik isi perutku. Ah, aku pasti merindukan perjalanan itu.

Kini tak ada lagi aktifitas pagi untuk ibuku, yang selalu sibuk menyiapkan bekal untukku. Tak ada lagi canda gurau saat waktu istirahat. Tak ada momen tukar lauk saat istirahat. Aku juga pasti akan ketinggalan gosip-gosip hangat yang setiap hari jadi perbincangan. Dan, kamar itu... kamar tempat istirahat yang selalu mengingatkan aku tentang kamar kos ku dulu. I love it, aku pasti akan sangat merindukan kalian.

Banyak hal yang telah aku rencanakan di tahun 2015. Menulis novel, membuka usaha dan... ah short course di luar negeri. Aku sangat berharap semua impianku bisa tercapai di tahun 2015. Impian yang dulu pernah tertunda. Aku pun berharap tak ada lagi kegalauan yang memuakkan dalam jiwa. Sebab, rasa galau itu pernah membuatku gagal dalam banyak hal. Dan, ya... satu lagi. Tentang pernikahan, aku sangat mengharapkan ini tentunya. Setidaknya aku berharap di tahun 2015 nanti, Tuhan telah mengirimkan jodoh terbaiknya untukku. Amiin...

Tahun 2014 dan segala suka duka di dalamnya. Terima kasih telah hadir menjadi pengisi memori hariku. Suka duka yang aku jalani di tahun 2014 adalah pelajaran yang sangat berharga untukku. Semoga di tahun 2015, aku dan kita semua bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. Lebih mapan dalam segala sisi kehidupan, dan semoga kebahagiaan selalu mewarnai hari-hari kita.