Pages

16 Januari 2014

BELAJAR AGAMA SEKALIGUS TEKNIK MENULIS LEWAT CERITA




Judul  Buku   : Penjaja Cerita Cinta
Penulis           : @edi_akhiles
Penerbit         : DIVA Press, Yogyakarta
Cetakan 1      : Desember 2013
Tebal              : 192 halaman
ISBN            : 978-602-255-397-7

“Kumpulan cerita dalam buku ini sungguh tak biasa”
            Sebagai penulis produktif yang namanya masuk kategori Angkatan Sastra Tahun 2000, Edi Akhiles memang pantas dianugerahi penghargaan sebagai Pegiat Sastra Indonesia Tahun 2013 oleh Balai Bahasa Yogyakarta. Disela-sela kesibukannya memimpin DIVA Press, Edi Akhiles masih menyempatkan diri untuk menulis beberapa buku yang inspiratif. Salah satunya Penjaja Cerita Cinta.
            Buku Penjaja Cerita Cinta ini berisi kumpulan cerpen karya Edi Akhiles, yang beberapa diantaranya sudah pernah dipublikasikan di media cetak maupun media online. Cerpen-cerpen dalam buku ini sebagian diantaranya ditulis berdasarkan kisah nyata (based on true story) yang tentu saja sangat inspiratif. Dikemas dengan gaya bahasa yang mengalir, pemilihan diksi yang bagus dan judul-judul yang unik.
            Selama membaca buku ini, kita akan disuguhi cerita yang “tidak biasa”. Mulai dari tema cerita, isi cerita dan gaya penulisannya. Tidak seperti buku antologi cerpen pada umumnya, yang hanya menyajikan satu teknik penulisan yang sama. Maka, dalam buku Penjaja Cerita Cinta, pembaca akan diajak belajar menulis dengan teknik yang berbeda-beda.
Dalam cerpen pertama yang berjudul sesuai covernya Penjaja Cerita Cinta, pembaca serasa dibuai dengan diksi-diksi puitis nan romantis yang berserakan di setiap paragrafnya. Meskipun cerpen Penjaja Cerita Cinta ini dirangkai melebihi halaman yang disyaratkan untuk cerpen pada umumnya, tapi bagi saya pribadi cerita ini memang pantas ditulis dengan halaman yang lebih. Karena, kisah dalam ceritanya yang menarik dan mengajak pembaca untuk terus menikmati kelanjutan ceritanya.
Jika sebelumnya emosi pembaca akan terkuras saat membaca cerpen Penjaja Cerita Cinta. Maka dalam cerpen kedua yang berjudul Love is Ketek, pembaca seolah diajak membaca buku diary, karena tutur bahasanya yang ringan dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Teknik penulisan serupa juga bisa ditemukan dalam cerpen berjudul Tak Tunggu Balimu, Abah I Love You, Lengking Hati Seorang Ibu yang Ditinggal Mati Anaknya (In Memoriam Lik Adnan). Cerita dalam cerpen ini sebenarnya memiliki tema yang biasa, namun dikemas dengan teknik menulis seperti buku diary. Serta menyimpan amanat yang begitu mendalam di akhir ceritanya.
Teknik penulisan yang berbeda di setiap cerpen, memang membuat emosi pembaca naik turun. Jika dari awal pembaca diajak bersedih-sedih ria, dalam cerpen yang berjudul Cerita Sebuah Kemaluan, pembaca akan diajak tertawa terpingkal-pingkal, karena melihat dari judulnya saja sudah unik. Saya sendiri pun dibuat tertawa sekaligus bingung karena judul dan jalan ceritanya yang benar-benar lucu dan nyeleneh. Namun, anda jangan berpikir negatif terlebih dahulu. Seperti pesan penulis yang disampaikan di akhir cerita, “Plis baca cerpen ini sampai habis agar tidak sepenggal kesimpulanmu”. Ternyata benar, cerita ini mengajarkan kepada kita bahwa kita sebagai manusia hanya memiliki satu rasa malu dan rasa malu itu harus benar-benar dijaga. Karena apabila sekali saja kita malu, maka seumur hidup pun akan menanggung beban malu itu.
Judul cerpen yang unik serta kisah yang tidak biasa juga akan dijumpai pada cerpen berjudul Dijual Murah Surga Seisinya, Munyuk, Si X Si X and God. Judul-judul unik seperti ini memang seringkali dibutuhkan untuk menarik minat baca. Sehingga pembaca akan merasa penasaran dengan isi ceritanya. Hanya saja dalam cerpen Si X Si X and God bukan hanya judulnya saja yang unik tapi juga teknik menulisnya. Cerpen ini ditulis menggunakan dialog antar tokoh saja tanpa ada pengantar atau narasi di dalamnya. Meski terkesan monoton, tapi cerita dalam cerpen ini sangat edukatif. Yakni, mengajak kita untuk mendengarkan nurani kita. Karena disana tersembunyi suara Tuhan yang selalu mengajarkan kebaikan. Maka, jika ada orang jahat itu karena hati nuraninya telah mati.
Untuk cerpen yang berjudul Cinta yang tak berkata-kata, Menggambar Tubuh Mama, Cinta Cantik, dan Aku Bukan Batu, dirangkai seperti kebanyakan cerpen pada umumnya. Sebagian menggunakan diksi yang ringan dan mudah dipahami. Sebagian lagi, menggunakan diksi puitis dan ada beberapa diksi yang sulit dipahami bagi pembaca dari kalangan awam, seperti saya. LOL
Latar belakang penulis yang memang lulusan ilmu filsafat dan juga seorang penggemar Moto GP, juga akan terlihat dari beberapa cerpen dalam buku ini. Misalnya dalam cerpen Secangkir Kopi Untuk Tuhan, yang bercerita tentang seorang penggemar Moto GP yang bersedih karena kematian Marco Simoncelli. Lalu, dalam cerpen Tamparan Tuhan, saya dibuat merenung lama untuk memahami isi cerita. Mungkin karena saya yang tidak begitu memahami unsur filsafat yang dimasukkan dalam cerpen ini.
Dan, untuk keseluruhan cerita dalam buku ini masih dijumpai beberapa kata yang salah ketik (typo). Namun, hal itu tidak terlalu mengganggu makna dan amanat yang ingin disampaikan penulis. Selain itu, ada beberapa background di dalam buku ini yang kurang dibuat transparan, sehingga akan menutupi beberapa bagian teks dan tentu saja akan mengganggu para pembaca.
            Bagi anda penggemar literasi, maka buku ini akan mengajarkan berbagai teknik kepenulisan yang tentu saja sangat bermanfaat. Mulai dari teknik menulis dengan gaya “khas sastra” dengan diksi yang indah, sampai teknik menulis dengan gaya bahasa yang ringan namun dikemas dengan alur yang begitu rapi dan apik. Di akhir halaman buku ini, penulis juga menyajikan beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh penulis.  Maka, bagi anda yang memiliki cita-cita untuk menjadi penulis profesional. Buku ini sangat layak untuk dimiliki. Selain itu, bagi anda yang haus akan nilai-nilai agama, maka cerita-cerita dalam buku ini akan mengajarkan pada anda nilai-nilai kehidupan beragama.
            Semoga bermanfaat!
***