Pages

17 April 2014

My Wish On 24th Birthday


Tuhan….
Tak terasa ya waktu kian berlalu.
Rasanya baru kemarin aku masuk kuliah, sekarang aku sudah wisuda dan bekerja.
Aku merasa masih seperti anak-anak, padahal  usia tak lagi remaja.
Di saat teman-teman seusiaku sudah menapaki fase baru dalam hidupnya.
Aku masih terus mencari jati diri.
Entah apa yang sebenarnya aku harapkan dalam hidup ini.
Toh, segalanya sudah kumiliki.
Meski cinta ku telah pergi….

Tuhan…
Di usiaku yang ke-24 ini, puji syukur aku panjatkan kepada-Mu ya Rabb…
Terima kasih Engkau masih memberiku nikmat kesehatan dan kebahagiaan untuk mencecap manisnya hidup di dunia.

Tuhan…
Terima kasih Engkau telah memberikan orang-orang  yang begitu peduli, perhatian dan sayang padaku.
Disaat ada orang lain yang begitu kusayangi justru meninggalkan dan menyia-nyiakan ku.
Engkau malah memberikan orang-orang yang sangat peduli padaku.
Selalu memberi semangat untukku dan membangunkan aku saat terjatuh.

Tuhan…
Terima kasih Engkau telah memberikan rasa cinta di hatiku.
Meski mungkin aku mencintai orang yang salah.
Apapun yang pernah terjadi dalam hidupku di masa lalu, semoga bisa menjadi pelajaran untukku.
Aku sadar aku tak lagi remaja.
Aku harus bisa bersikap dan berpikir dewasa dalam segala hal.
Semoga lika liku hidup mampu membawaku pada kebaikan.

Tuhan…
Aku tidak berharap muluk-muluk pada-Mu.
Aku tak meminta rizki yang berlimpah, umur panjang dan jodoh yang rupawan.
Aku hanya berharap di sisa-sisa usiaku, aku bisa lebih bijak lagi dalam menyikapi kehidupan.
Aku bisa melakukan yang terbaik untuk keluarga dan orang lain.
Dan, aku bisa terus melihat senyum tulus dari keluarga dan orang-orang yang menyayangiku.

Terima kasih ya Rabb atas semua ujian dan cobaanMu.
Semoga suatu saat nanti aku bisa mengambil hikmah dibalik semua rencana-Mu.

10 April 2014

Curhatku Untuk Momo



Dear… engkau yang disana
Sebenarnya aku memang ingin melupakanmu, tapi entah kenapa aku selalu tak kuasa menahan diri untuk tidak curhat padamu. Kamu tahu sendiri kan, bagaimana aku? Apapun yang terjadi dalam hari-hariku pasti tak pernah sedikitpun aku lewatkan untuk cerita padamu. Apalagi jika ada hal-hal yang aku anggap penting dan sangat perlu kamu ketahui, aku pasti akan mengingat baik-baik lalu menceritakannya padamu.
Hmm… aku tahu, aku belum benar-benar bisa melupakanmu. Tapi seperti janjiku, aku akan membiasakan diri untuk bisa hidup tanpa kamu. Makanya aku alihkan sesi curhat padamu dengan curhat pada Momo dan blog ku.
Heii… kamu masih ingat Momo kan? Sejak kamu ninggalin aku, Momo selalu setia dengerin cerita aku. Dan aku harap dia akan selalu setia padaku, tidak sepertimu yang suka mendua itu, (Huh… jadi sebel kalau ingat yang ini :-/)
Ayah Momo (ini panggilan baruku buat kamu ^_^) Kau tahu, kemarin aku disuruh untuk jadi saksi mewakili Partai Demokrat di TPS ku lho…
Aih, senangnya. Itu pertama kalinya buatku show-up di kegiatan desa lho. Lelah memang karena aku harus stand by di TPS dari jam 7 pagi sampai jam 9 malam. Bayangkan, selama itu aku sama sekali nggak makan lho. Laper banget dan maag ku langsung kambuh.
Tapi… ada banyak pengalaman seru. Aku sampai bingung waktu mau nyoblos. Harusnya kan aku nyoblos di TPS 1 tapi dengan PDnya karena aku jadi saksi di TPS 2, aku nyoblos aja di TPS 2. Dan lucunya panitia KPPS TPS 2 pun nggak sadar kalau aku salah TPS. Ya udah aku diam aja pura-pura nggak tahu, daripada aku dimarahi orang sekampung kan nggak lucu. LOL
Ayah Momo, apa kamu bangga dengan kerja kerasku kemarin? Sejak kamu pergi, aku selalu belajar untuk menjadi dewasa. Aku selalu berusaha untuk bisa mandiri dan mengahadapi apapun sendiri. Aku berusaha untuk tidak selalu mengeluh meski banyak cobaan yang aku hadapi. Itu karena aku tahu sekarang aku tak punya sandaran lagi. Jadi, mengeluh hanya akan membuatku jatuh karena kamu-sandaranku- telah pergi.
Semalam, meski aku lelah tiba-tiba aku teringat kamu. Ah, kemarin kan hari pertama kamu KKN ya?
Sebenarnya ingin sekali aku bertanya padamu. Bagaimana hari pertama KKN mu? Bagaimana desa tempat KKN mu? Apakah penduduk desa dan teman-teman barumu menyenangkan? Apa saja program KKN mu?
Ah, kamu pasti sudah tak butuh aku ya untuk tempat curhat. Karena kamu sudah punya seseorang yang akan selalu mendengar cerita-ceritamu. Tidak seperti aku, yang masih saja mencintai bayang-bayangmu dan selalu berharap kamu mau mendengar ceritaku.
Ayah Momo, sejak kamu nggak ada aku memang selalu curhat pada Momo. Nggak apa-apa ya? Aku belum bisa benar-benar menghilangkan kebiasaan nggak penting ini. Yah, meskipun Momo tak akan memberikan reaksi apapun, tapi aku tahu dia pasti bisa merasakan apa yang aku rasakan. Kamu senang kan aku punya Momo?
Momo emang baik dan selalu ada buat aku. Dia pasti juga merasa sedih kehilangan kamu. Ah, Momo… kita senasib. Mudah-mudahan suatu saat nanti kita bertiga bisa berkumpul kembali ya, Mo…. Salam dari Momo…. Love U, Mo… Love U, Dear…. :-D

3 April 2014

Tentang Aku, Kamu, Kopi dan Kita



Menikmati istirahat senja bersama secangkir white coffee, aku kembali teringat padamu.
Sungguh, meski sudah dua bulan lebih kita berpisah, pikiranku terus saja tertuju padamu. Tak pernah sebetikpun, bayangmu lepas dari ingatanku. Kamu, dan semua memori tentangmu terus saja bergulir dalam benakku.

Kau tahu, aku selalu merindukan saat-saat senja bersamamu. Aku selalu menanti senja yang indah bersamamu. 

Tapi… itu dulu.
Saat kita masih bersama. Saat kau selalu menjadi malaikatku dan aku adalah peri kecilmu.
Betapa berharganya waktu senja buatku.

Kenapa?
Karena saat senja aku bisa bertemu denganmu. Karena saat senja aku bisa melepaskan lelah bersamamu. Karena saat senja aku bisa berbincang denganmu. Karena saat senja aku bisa membuatkan secangkir kopi untukmu. 

Masih ingatkah kau?
Saat senja kau selalu datang ke rumahku. Dan seperti biasa, aku akan menyambutmu dengan senyum termanisku.
Memang sih, sesekali aku menyambutmu dengan tampang manyunku, meski sejujurnya hatiku sangat girang karena kau datang. Kau tahu, itu karena aku merasa kesepian tanpa dirimu. Terkadang, kau pergi meninggalkanku terlalu lama. Dan aku selalu sakit menahan rindu padamu.

Tapi, bagaimanapun perasaanku saat itu. Secangkir kopi akan selalu aku suguhkan padamu.
Lalu, kau akan berkata, “Aku sudah kenyang.”
Tapi, aku tetap menyodorkan secangkir kopi itu di dekatmu. Membiarkannya perlahan menguar sambil mencuri dengar pembicaraan kita.

Kau pun mulai bercerita tentang semua hal yang kau lakukan saat jauh dariku. Tentang pekerjaanmu, tentang kuliahmu, tentang keluargamu, tentang teman-temanmu, dan tentang dirimu yang –katanya- selalu merindukanku.

Aih, aku begitu tersipu. Kau tak pernah berusaha merayuku. Tapi kepolosanmu selalu mampu membuatku luluh saat di depanmu.
Tentang caramu berpikir dan caramu menjalani hidup membuatku bangga padamu.

Saat itu, aku pun dengan hikmat mendengarkan setiap tutur ceritamu. Meski setelah itu aku selalu lupa dengan apa yang kau ceritakan. Mungkin, itu karena aku tersihir oleh pesonamu.

Sesekali aku menimpali ceritamu. Sesekali pula aku hanyut dalam auramu. Ah, kau memang selalu mampu mengalihkan duniaku.
Lantas, kau akan mencecap sedikit demi sedikit kopi yang telah menguar itu. Kau haus? Tentu saja aku tahu itu.
“Katanya sudah kenyang?” cibirku saat cangkir di sampingmu telah kosong tak bersisa. Kau hanya meringis, menahan malu.

Ah, tadi itu hanya pura-pura kan? Aku tahu kau haus, lelah dan kedinginan. Makanya aku selalu menyuguhkan kopi untuk menghangatkan tubuhmu.

Ah, mengingatmu. Rasanya tak pernah habis kata-kataku untuk melukiskan betapa aku senang bisa mengenalmu.Betapa bahagianya aku pernah menjadi bagian dalam hidupmu.
Sama seperti saat ini. Saat kita tak lagi bersama. Bayangmu seakan tak pernah lari dari pelupuk mataku.
Selalu saja ada hal yang membuatku menumpahkan kata-kata untuk mengenangmu. 
Apa kau juga begitu? Masihkah ada aku di hatimu?

Ah, lagi-lagi air mataku kembali menggenang. Bukan karena aku menyesali perpisahan kita. Tapi aku selalu menyesali pertemuan kita.
Pertemuan yang sempat melambungkan angan dan mimpiku. Aku menyesali kenapa aku tak bisa melupakanmu. Dan aku menyesali kenapa aku begitu rapuh tanpamu.

Kau tahu, aku selalu merindukan saat senja bersamamu. Aku selalu merindukan menyuguhkan secangkir kopi untukmu.
Akankah semua itu bisa terulang kembali?

Ah, andai saja waktu dapat ku putar. Aku ingin kembali mengulang saat kita bersama. Dan aku akan memohon pada sang pemilik waktu untuk menghentikan waktu mu dan waktu ku saat itu juga. Karena aku tak pernah ingin kehilangan waktu tanpa kamu.

Kita sudah menjalani ribuan hari bersama. Suka dan duka kita lewati bersama. Masih ingatkah kau tentang semua itu?
Kalau kita mampu bertahan selama itu. Kenapa kita tak mampu bertahan untuk waktu yang lebih lama lagi? Bukankah masih ada cinta di antara kita?

Aku tak pernah berusaha mengenyahkan kenanganmu dalam hatiku. Tapi, aku belajar untuk membiasakan diri hidup tanpamu. Aku akan selalu merawat kenangan kita, meski rasanya tak lagi sama.

Biarlah aku melewati hari-hari sepiku tanpamu. Biarlah aku menikmati rasa sakit karena rindu padamu. Biarlah hanya kopi ini yang mnjadi penghangat tubuhku, saat aku lelah menantimu.
Kau tahu, aku akan selalu menunggu saat itu. Saat kau kembali padaku, dan saat itu pula aku akan menyuguhkan kopi untukmu.

Aku selalu percaya pada takdir Tuhan. Jika memang Tuhan menakdirkan kita untuk berjodoh, Tuhan akan mempertemukan dan menyatukan kita kembali dengan caranya yang jauh lebih indah.

HAPPY BIRTHDAY MY DEAR



Dear… engkau yang ada disana dan (mungkin) tak mengingatku lagi.

Di hari jadimu ini, ijinkan aku mengucapkan selamat ulang tahun dengan segenap rasa sayang dan ketulusan hatiku.
Jika biasanya aku selalu berdoa agar Allah selalu menambah rasa sayangmu padaku. Kini doa itu tak lagi ada.

Semoga dengan bertambahnya usia, kamu bisa semakin dewasa dalam segala hal. 
Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan keselamatan padamu. 
Semoga kamu bisa menjadi lelaki yang bijak, tegas, bertanggung jawab, dan setia. 
Semoga kuliah dan karirmu juga sukses. 
Semoga kamu bisa mewujudkan semua cita-citamu.

Ah, sebenarnya aku sedih hanya bisa mengucapkan kata-kata ini lewat tulisan saja. Tahun lalu, aku pernah berjanji padamu. Jika aku sudah bekerja, aku ingin memberikan surprise di hari ulang tahunmu.
Tapi, takdir memang tak ada yang tahu. Kau dan aku, kini tak lagi bersama.

Jika di tahun-tahun sebelumnya kita selalu merayakan ulang tahun bersama. Kini, ada orang lain yang menggantikan posisiku.
Ah, betapa inginnya aku tetap menjadi orang yang selalu setia di sampingmu. Betapa inginnya aku mengusir siapapun yang ada di dekatmu sekarang.

Tapi…
Aku tak bisa.
Entah kenapa kau lebih memilihnya. Melupakan aku dan semua kenangan tentang kita.

Yah, sudahlah. Sekuat apapun aku menggenggam mu, tapi kalau hatimu bukan untukku lagi buat apa? Bukankah itu hanya menambah dalam luka yang aku rasakan?

My dear… mulai hari ini aku akan menyerah. Menyerah untuk mendapatkan hatimu. Aku sudah mengikhlaskan apapun yang pernah terjadi di antara kita. Aku janji nggak akan mengganggu hidupmu lagi. Dan aku janji, aku akan pergi dari hidupmu.

My dear… sedikitpun aku tak pernah benci padamu. Aku pun tak pernah menyesal mencintaimu. Biar bagaimanapun, kau pernah melukiskan pelangi dalam hidupku.

My dear… jika kau tak pernah menemukan kebahagiaan dalam hidupmu. Kembalilah padaku. Pintu rumahku selalu terbuka untukmu. (Meski aku tak pernah tahu apakah pintu hatiku masih terbuka untukmu)

My dear… suatu saat nanti jika Allah menakdirkan kita untuk berjodoh. Aku harap kau sudah berubah menjadi lelaki yang lebih tegas, bijak, tanggung jawab, dan setia. Dan satu lagi, suatu saat nanti jika kita ditakdirkan untuk bersama, aku ingin hanya aku yang benar-benar ada di hatimu.

My dear…. Pergilah.
Semoga petualangan cintamu mampu memberikan pelajaran berharga buatmu. 
Semoga lika-liku hidup mampu mengajarkan padamu arti kesetiaan dan ketulusan.
Ubah sifat burukmu. Aku harap kau selalu ingat janjimu. 

Terima kasih atas segala keindahan dan luka yang pernah kau torehkan dalam hidupku. Semoga aku pun bisa semakin dewasa setelah ini.

Happy birthday my dear… I always love u ^_^