Ini nih yang paling berkesan kalo ikutan #KampusFiksi, karena kita tak hanya dapat teman baru tapi ilmu baru yang belum tentu kita dapatkan di bangku sekolah. Cekidot...
(Sebenarnya ini copas dari blog teman, karena saya waktu itu cuma nyatet dikit, hehehe)
Tips-Tips Jadi Penulis Hebat
Latihan terus
Latihan itu penting untuk menambah jam terbang seorang penulis. Meskipun dia sudah menerbitkan puluhan novel dan ratusan cerpen.
Bikin Outline
Kalau
ini sih suka-suka penulisnya sendiri sih. Ada yang suka nulis ngalir
aja kaya air, kaya Mbak Herlinatiens. Masak nulis novel bisa empat hari
lima malam, tanpa outline (seingatku, maaf kalau salah). Wow banget kan?
Tapi kita bukan beliau, beliau juga bukan kita. Kita berbeda.
Daripada ntar ngeluh, “Aduh writer block, nih.” *nangis guling-guling.
“Haduh, butuh ke Gue Hiro nih, mau cari ide.” (Edisi lebay)
Apa-apaan
ini. Itu istilah yang dibuat sendiri oleh penulis, padahal itu nama
lain dari malas. Penulis yang malas atau mungkin mandek gara-gara nggak
tahu ceritanya mau dibawa ke mana lagi. Jangan banyak alasan, ah.
Makanya bikin deh outline. Yang rinci ya.
Misalnya gini, tulis
karakter tokoh dulu selengkap-lengkapnya. Karakter dari yang detail
gitu. Bikin karakter unik yang bisa selalu diingat pembaca. Jangan bikin
karakter yang biasa-biasa aja. Kamu bisa lho menggabungkan beberapa
karakter orang di sekitar kamu.
Pertahankan Passion (Emosi kamu dengan naskah tersebut)
Makanya
jangan sampai ninggalin naskah kalian terlalu lama. Pacar aja nggak
suka ditinggal-tinggal apalagi naskah, ntar ngambek lho. *peace.
Kalau naskah itu ditinggal terlalu lama, bisa jadi, bisa jadi, ikatan emosi yang sudah terbangun dengan naskah itu akan hilang. Jadi feel-nya nggak dapet deh. Cerita yang feel-nya nggak dapet tuh nggak bagus, beneran deh, negbosenin gitu.
Amankan tulisan
Bukan tulisanmu terus digembok dan ditaruh di dalam berangkas lho, ya, biar nggak dicuri maling, atau babi ngepet. Hadehh...
Begini
maksudnya, jika ada ide melintas di saat kamu lagi ngerjain cerita yang
udah runtut dengan outline, jangan rusak outlinemu. Catat idemu. Catat
saja, suatu saat perlu kok. Ide itu ilham, tapi juga perusak jika
datang di waktu yang tidak tepat.
Mengeksplorasi konflik berbanding lurus dengan panjangnya cerita
Panjang
pendeknya cerita jangan dipengaruhi dengan dialog, puisi atau sisipan
lagu ya. Bukannya nggak boleh, tapi harus ada porsinya, ya.
Mending di eksplor lagi konfliknya. Jangan bikin konflik yang klise.
Misalnya telan ke sekolah, de-el-el. Eksplor sedetail-detailnya konflik
kalian, itu akan jadi cerita yang WOW.
Peristiwa kebetulan itu mengganggu dalam estetika cerita
Tiba-tiba dua orang itu bertemu dalam pesta.
Mereka bertabrakan di koridor sekolah dan jatuh cinta.
Tiba-tiba...
Nggak
logis banget, sih. Di fiksi logika cerita itu sangat penting, meski di
kehidupan nyata peristiwa nggak logis dan kebetulan itu adalah hal
biasa. Tapi ini fiksi, Broh.
Kasih penghubung, pengantar, serta alasan yang logis deh kalau maksain ada peristiwa seperti itu.
Pembuka yang menyentak
Pembuka
tuh jadi penentu lho ya. Apalagi kalau di event lomba. Juri itu akan
baca awalnya dulu, kalau sudah membosankan, langsung dibuang deh.
Dapet
bocoran dari editornya. Kalau mereka evaluasi naskah tuh Cuma dibaca
sinopsis doang. Kalau jelek, langsung buang. Kalau bagus, dibaca dua bab
awal, dua bab tengah dan dua bab akhir dulu, kalau iya, berarti
dievaluasi keseluruhan dulu.
Ending klise yang harus dipikirkan ulang (dihindari)
Ending mati.
Ending mati biasanya sih kurang disukai pembaca. Apalagi kalau matinya
tiba-tiba cuma biar cepet ending. Nggak haram juga sih pakai ending
mati.
Ending Gila. Kaya ending mati, tadi.
Ending bahagia yang melampui premis cerita. Jangan
lebay ya... misalnya tuh, Akhirnya Pram mendapatkan hadiah salah satu
perusahaan TV swasta. Wkwkw. Lebay banget dan nggak logis.
Ending Berpuisi. Ini ending yang nggak menyentak sama sekali, apalagi kalau puisi itu hanya untuk tambah-tambahan saja.
Buatlah setting yang detail dan tidak dapat digantikan setting lain
Bingung langsung contoh saja deh.
Kerlap-kerlip lampu menyelimuti Efiel yang megah.
Kayaknya Efiel bisa diganti dengan Monas deh.
Kerlap-kerlip lampu menyelimuti Monas yang megah.
Tuh kan konflik Eifel jadi nggak kerasa paris banget.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sudah berkunjung, nggak enak dong kalo nggak ninggalin jejak.
Silahkan berkomentar yang sopan yaa....