"Untuk berjuang dalam
hidup, tak cukup hanya dengan mengarahkan pandangan seseorang, kesabaran serta
jerih payahnya, penting juga untuk mulai memanggil dan menemukan pandangan-pandangan
lain, yang pada waktunya nanti, akan mulai memanggil dan menemukan
pandangan-pandangan yang lain lagi. Karena dengan melihat pandangan orang lain,
banyak pandangan akan dilahirkan. Dan dunia melihat bahwa hal itu lebih baik
sebab ada cukup ruang bagi pandangan setiap orang. Dan ia yang meski berbeda
dan berlainan pandangan, bisa melihat berbagai pandangan dan pandangannya
sendiri menjalani sejarah yang masih terlewatkan."
Belakangan sulit untuk dielakkan bahwa perkembangan
cerpen Indonesia saat ini masih bergantung pada publikasi di media cetak. Ruang
budaya yang tersedia di hari Minggu tak urung menjadikan hari Minggu (meminjam
istilah Seno Gumira Ajidarma dalam bukunya Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra
Harus Berbicara) menjadi ‘hari cerpen’. Hal seperti ini terus terjadi karena
majalah-majalah sastra, jurnal serta penerbitan lainnya di luar koran yang
beredar tak cukup sebagai publikasi cerpen.
Sayang, tak banyak yang menyadari kondisi semacam ini
justru tidak sehat. Para cerpenis pun calon sastrawan akhirnya berlomba-lomba
menulis cerpen sebanyak lima-delapan halaman sesuai ruang yang tersedia di
koran. Akibatnya kemampuan estetis mau tak mau harus rela berkompromi atau
kasarnya terbelenggu oleh penulisnya sendiri demi memenuhi syarat pemuatan.
Akibat lainnya lagi perkembangan cerpen Indonesia surut dari gaya bertutur
panjang yang mau tak mau harus kita akui telah dialami hampir semua cerpenis
kita.
Dunia cerpen Indonesia memang berkembang karena banyak
didukung ruang budaya yang tersedia di koran. Kendati berkembang demikian pesat
sayangnya tak lagi menyisakan ‘kegilaan-kegilaan indah’. Cerpen macam Seribu
Kunang-Kunang di Manhattannya Umar Kayam atau Dilarang Mencintai Bunga-Bunganya
Kuntowijoyo mungkin menjadi kenangan manis saja bahwa perkembangan cerpen
Indonesia pernah melakukan ‘kegilaan-kegilaan indah’ semacam itu. Hal ini masih
diperparah dengan pelan-pelan ditinggalkannya intensitas menulis panjang karena
koran sebagai satu-satunya media publikasi tak mampu menyediakan ruang yang
luas.
Menulis cerpen di koran memang tidak salah. Tapi hal
inilah yang tanpa disadari adalah salah satu akibat dari ditinggalnya
intensitas menulis panjang. Menulis cerpen sendiri pun seperti sudah disinggung
di awal tulisan ini akhirnya membelenggu kreativitas penulisnya sendiri karena
keterbatasan ruang di koran. Memang tak dapat dipungkiri menulis cerpen yang
baik dengan panjang sebanyak lima-delapan halaman saja adalah tantangan kreatif
berkarya. Tapi apakah para penulis kita harus terus menerus berkutat dengan
tantangan semacam itu? Tentu tidak bukan? Bukankah masih banyak hal-hal lain
yang perlu digali?
Nektarity, sebuah komunitas penulis yang tergabung
dalam RUMPUN NEKTAR mencoba memberikan ruang dan kebebasan sebebas-bebasnya
dalam menuangkan kreativitas para penulis (atau calon penulis) untuk
menciptakan karya yang tidak terbatas ini dalam bentuk sebuah kompetisi.
Kirimkan Cerpen anda dengan jumlah halaman bebas namun
tetap memperhatikan teori dari apa yang disebut dengan “cerpen”. Kami tidak
meletakkan tema sebagai posisi yang paling penting dalam hal ini. Tema adalah
proyeksi dari narasi-narasi yang bisa diciptakan dari mana saja. Namun demi
mempermudah dalam menemukan pola-pola sintaksis, mengefektifkan kata-kata,
melakukan pembauran diksi, kami memberikan sebuah kalimat untuk acuan yang
mungkin bisa dijadikan tema, yaitu: “AKU BERBEDA”
Bagi siapapun yang mungkin ingin berpartisipasi dalam
kompetisi ini, silahkan kirimkan cerpen anda dalam format MS. Word dengan spasi
1,5 font Times New roman ukuran 12pt. Sertakan juga biodata anda dalam bentuk
narasi di akhir naskah (karya dan biodata dalam 1 file) dan di beri nama : nama facebook-nama pena-judul naskah.
Kirimkan ke email nektarity@gmail.com dengan subjek : RUMPUN NEKTAR-nama facebook.
Akan diambil 13 cerpen yang kami anggap mampu
menunjukkan bahwa “AKU BERBEDA” untuk dibukukan dalam sebuah buku perdana Grup
RUMPUN NEKTAR. Dalam kompetisi ini kami tidak mengambil pemenang satu, dua,
maupun tiga, melainkan kami anggap ketiga belas itulah pemenangnya, sehingga
ketiga belas penulis yang karyanya lolos akan kami berikan:
- E-sertifikat
- Satu eksemplar buku bukti terbit dan bebas ongkos kirim
yang akan dialamatkan ke alamat masing-masing.
- Souvenir dari Grup RUMPUN NEKTAR
Sebagai catatan, meskipun seluruh peserta yang akan
mengikuti kompetisi ini memang tidak harus menjadi anggota Grup RUMPUN NEKTAR
(hanya diwajibkan ketika karyanya lolos) dan tidak harus meng-add
Penyelenggara. Namun kami berharap kesediaannya untuk menyebarluaskan informasi
ini melalui catatan akun FB-nya masing-masing jika sekiranya bermanfaat untuk
diketahui rekan-rekan anda yang lain.
Kami tunggu karya anda sampai tanggal 11 November
2012.
Fore more information, please
contact :
- @alisakit on twitter,
-
http://alisakit.blogspot.com
- Facebook Group RUMPUN
NEKTAR (https://www.facebook.com/groups/nektarity)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sudah berkunjung, nggak enak dong kalo nggak ninggalin jejak.
Silahkan berkomentar yang sopan yaa....