Pages

8 Mei 2013

NAPAK TILAS BAHASA BELANDA DI INDONESIA


Beberapa waktu yang lalu ketika saya berjalan-jalan di Lawang Sewu Semarang, ada seorang turis tiba-tiba menyapa dengan bahasa yang tidak saya mengerti.

“gelieve mijn portret in de buurt van de spoorweg.”

Karena saya tidak tahu sang turis bicara apa, akhirnya saya hanya menimpali dengan senyum. Lalu sang turis pun mengulang ucapannya lagi. Sebenarnya saya masih tak paham dengan ucapannya itu. Saya hanya menangkap kata spoor berkali-kali. Lalu saya menjawab seadanya, “Of course.”

Sang turis langsung menyodorkan kameranya, dan ia berpose di dekat kereta api Lawang Sewu. Ternyata sang turis meminta saya untuk memotretnya di dekat kereta api.

Sepeninggal sang turis, saya lalu search di google translate apa itu artinya spoor. Ternyata spoor dalam Bahasa Indonesia berarti kereta api. Pengucapan kata spoor sama dengan pengucapan kata sepur (kereta api) dalam Bahasa Jawa.

Disadari atau tidak, keberadaan Belanda di Indonesia sangat berpengaruh terhadap kebudayaan bangsa. Bukan saja terlihat dari segi arsitektur dan pemerintahan saja, tetapi juga terlihat dari bahasa Indonesia ataupun bahasa Jawa (yang sebagian diantaranya) diadopsi dari Bahasa Belanda.

Sejarah kedatangan bahasa Belanda ke Indonesia tentu saja tidak terlepas dari sejarah pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia. Bahasa Belanda digunakan sebagai sebuah bahasa resmi di Indonesia, ketika Belanda menjajah sebagian wilayah kepulauan ini. Bahasa Belanda bukan merupakan bahasa resmi lagi sejak Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942. Di wilayah Papua, hal ini terjadi setelah penyerahan kekuasan Papua ke Republik Indonesia pada tahun 1963.

Pada masa Hindia-Belanda, di Maluku dan di Batavia didirikan sekolah-sekolah Belanda. Tetapi tidak semua orang boleh bersekolah di sana. Jumlah sekolah tidak banyak dan hanya kaum elit yang diperbolehkan masuk. Di sekolah mereka menuturkan bahasa Belanda namun di rumah biasanya sejenis bahasa Melayu atau bahasa Jawa.

Pada abad ke-20, Bahasa Melayu menjadi semakin penting, dan merupakan lingua franca di beberapa jajahan negara tetangga seperti Malaka, Singapura dan Brunei. Sejak abad ke-20 bahasa Belanda semakin menyebar di Indonesia dan banyak digunakan untuk percakapan sehari-hari. Pada 1942, ketika Jepang menduduki Hindia-Belanda, Jepang melarang penduduk Indonesia menggunakan bahasa Belanda dan hanya memperbolehkan bahasa Asia, seperti bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.

Setelah kemerdekaan Indonesia, masih banyak yang menuturkan bahasa Belanda di Indonesia. Jika seseorang bisa berbahasa Belanda, maka di beberapa tempat, ini artinya ia mengecap pendidikan yang baik. Bahasa Belanda masih digunakan sebagai bahasa sumber atau referensi yang sangat penting di Indonesia. Beberapa dokumen pemerintahan penting dalam bahasa ini masih tetap berlaku secara resmi. Sebagai bahasa perdagangan, bahasa Belanda juga cukup penting, meski bahasa Inggris tentu jauh lebih penting. Namun para penutur fasih bahasa ini sekarang umumnya hanyalah orang-orang tua saja, terutama di Jawa dan Bali. Mereka pernah mempelajari bahasa ini di sekolah dan masih menggunakannya, terutama pada reuni atau untuk bercakap-cakap dengan para wisatawan. Almarhum kakek saya termasuk salah satu dari yang bisa berbahasa Belanda.

Presiden Soekarno, sang presiden pertama dan proklamator Republik Indonesia tetap menggunakan bahasa Belanda dan membaca buku-buku Belanda. Karena memang banyak buku bernilai sejarah yang ditulis dalam Bahasa Indonesia. Maka dari itu, tidak ada salahnya bagi kaum muda untuk tetap belajar Bahasa Belanda. Agar kita bisa menggali lebih dalam kisah-kisah sejarah Indonesia dalam buku Belanda yang mungkin saja belum pernah terjamah oleh para pendahulu kita.

Sumber:
www.wikipedia.org

1 komentar:

  1. bahasa belanda termasuk bahasa yang penting juga ya untuk dipelajari karena keterkaitannya dengan sejarah bangsa kita .. terimakasih ya ,, artikelnya bagus sekali

    BalasHapus

Sudah berkunjung, nggak enak dong kalo nggak ninggalin jejak.
Silahkan berkomentar yang sopan yaa....